OSEANOGRAFI BIOLOGI GEOLOGI
OSEANOGRAFI
BIO-GEOLOGI
RANGKUMAN
JARING-JARING
MAKANAN DI LAUT
Oleh
Kelompok
III
OKAWATI SILITONGA E1I013016
MELIA
PUSPITA SARI E1I013006
MHD BARA YUDHISTIRA E1I013049
HONA SARI ANDRO E1I013048
Dosen Pengampu : Aradea Bujana Kusuma, S.Si, M.Si
Bertoka Fajar Surya, S.kel, M.Si
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
RANGKUMAN
“JARING-JARING
MAKANAN DI LAUT’
Pokok Bahasan :
1. Menjelaskan mengenai produsen,
konsumen dan predator di ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dan laut
2. Menjelaskan Pola Sebarannya
3. Perubahan jaring-jaring makanan di
ekosistem laut
JARING-JARING MAKANAN
DI LAUT
Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara pengaruh daratan
dan samudra. Wilayah pesisir di Indonesia tergolong cukup luas karena kita
memiliki garis pantai sekitar 81.000 km. Pesisir memberikan andil yang cukup
besar bagi kehidupan manusia, karena secara turun temurun telah menjadi sumber
protein yang subur. Perairan pantai yang dangkal dapat menyebabkan tingginya
kandungan sedimen yang dibawa oleh ombak yang dapat mengaduk dasar perairan.
Yang mana sedimen yang terendapkan banyak jenisnya, dan memberikan topografi
pantai yang berbeda satu dengan yang lainnya. Daratan dekat pantai memberikan
pengaruh yang cukup besar, diantaranya salinitas yang lebih rendah, tingginya
tingkat sedimentasi yang berakibat berkurangnya daya tembus sinar matahari,
serta bertambahnya rasio antara larva planktonik dan plankton dewasa.
Ekosistem
pesisir pada umumnya terdiri dari atas 3 komponen penyusun yaitu lamun, terumbu
karang serta mangrove. Bersama-sama pada ekosistem tersebut membuat wilayah
pesisir menjadi daerah yang subur dan produktif.
Gambar2. Interaksi yang terjadi pada Ekosistem
Pesisir
Dalam
lingkungan alam atau ekosistem, ada hubungan antara rantai makanan yang saling
terkait. Hubungan ini sangat kompleks, dengan salah satu organisme dapat
menjadi bagian dari beberapa rantai makanan. Oleh karena itu, sebuah struktur
seperti jaring yang terbentuk di tempat rantai makanan linear. Struktur seperti
jaring jika dibentuk dengan rantai makanan yang saling terkait dan matriks
tersebut yang saling berhubungan dikenal sebagai jaring makanan.
Jaring
makanan merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem; jaring makanan ini
memungkinkan organisme untuk memperoleh makanan lebih dari dari satu jenis
organisme tingkat trofik yang lebih rendah.Sebuah jaring makanan adalah
penggambaran grafis dari hubungan makan antara spesies dari komunitas ekologi.
Jaring
makanan terdiri dari rantai makanan dari ekosistem tertentu. Jaring makanan
adalah ilustrasi berbagai metode makan yang menghubungkan ekosistem. Jaring
makanan juga mendefinisikan aliran energi melalui komunitas spesies sebagai
akibat dari hubungan makan mereka. Semua rantai makanan yang saling berhubungan
dan saling tumpang tindih dalam suatu ekosistem dan mereka membuat sebuah
jaring makanan.
Produsen
yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa organik (mengandung bahan
kehidupan) dari bahan anorganik (tidak mengandung bahan kehidupan) menjadi
makanannya sendiri. Di dalam membentuk makananya sendiri, organisme ini dibantu
oleh cahaya matahari dan sering disebut organisme autotrof. Yang termasuk
kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan ganggang biru.
Konsumen meliputi organisme yang tidak mampu membuat zat makanan sendiri, dan
untuk memenuhi kebutuhan makanannya bergantung pada organisme lain. Organisme
ini disebut juga organisme heterotrof. Komponen yang tergolong heterotrof
adalah: manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Organisme konsumen dibedakan
berdasarkan atas jenis makanannya menjadi golongan herbivor (pemakan tumbuhan),
karnivor (pemakan daging), dan omnivor (pemakan segala). Pemangsa atau predator adalah sejenis hewan
yang memburu,
menangkap, dan memakan hewan lain. Hewan yang diburu pemangsa disebut mangsa.
Jaring
makanan merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem; jaring makanan ini
memungkinkan organisme untuk memperoleh makanan lebih dari dari satu jenis
organisme tingkat trofik yang lebih rendah.Sebuah jaring makanan adalah
penggambaran grafis dari hubungan makan antara spesies dari komunitas ekologi.
Jaring makanan terdiri dari rantai makanan dari ekosistem tertentu. Jaring makanan
adalah ilustrasi berbagai metode makan yang menghubungkan ekosistem. Jaring
makanan juga mendefinisikan aliran energi melalui komunitas spesies sebagai
akibat dari hubungan makan mereka. Semua rantai makanan yang saling berhubungan
dan saling tumpang tindih dalam suatu ekosistem dan mereka membuat sebuah
jaring makanan.
Di laut seperti halnya di darat, sumber energi berasal dari
tumbuhan air yang dapat berfotosintesis. Sehingga faktor utama yang
mempengaruhi fotosintesis adalah keberadaan cahaya, dan hanya tumbuhan hijau
yang dapat mengubah energi ini menjadi sumber energi bagi hewan air. Oleh
karena itu jumlah hewan yang hidup harus lebih sedikit dibandingkan jumlah
tumbuhan hijau yang hidup, sehingga hewan-hewan dapat dapat bertumpu pada
kelebihan energi yang dihasilkan dan tidak kelaparan. Rantai makanan ini
menggambarkan kebutuhan makhluk hidup akan makanan untuk mempertahankan
hidupnya, serta untuk mendapatkan makanan tersebut mereka harus mencarinya dan
siap untuk dimangsa oleh yang lain dalam satu ekosistem.
a. Ekosistem
Mangrove
Hutan mangrove
merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting di wilayah pesisir dan
kelautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrient bagi biota
perairan, tempat pemijahan dan asuhan berbagai macam biota perairan, penahan
abrasi pantai, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah
intrupsi air laut, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi
seperti penyedia kayu, obat-obatan, alat dan teknik penangkapan ikan.
Gambar3.Jaring-jaring
makanan di ekosistem mangrove
Di ekosistem mangrove
rantai makanan yang ada untuk biota perairan adalah rantai makanan detritus. Detritus
diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian mengalami
penguraian dan berubah menjadi partikel kecil yang dilakukan oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Rantai ini dimulai dengan produksi
karbohidrat dan karbon oleh tumbuhan melalui proses Fotosintesis. Sampah daun
kemudian dihancurkan oleh amphipoda dan kepiting, proses dekomposisi berlanjut
melalui pembusukan daun detritus secara mikrobial dan jamur dan penggunaan
ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam detritivor,
diawali dengan invertebrata mikrofauna dan diakhiri dengan suatu spesies
semacam cacing, moluska, udang-udangan dan kepiting yang selanjutnya dalam
siklus dimangsa oleh karnivora tingkat rendah. Rantai makanan diakhiri dengan
karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar, burung pemangsa, kucing liar atau
manusia.
b. Padang
Lamun
Komunitas lamun sangat berperan penting pada fungsi-fungsi
biologis dan fisik dari lingkungan pesisir. Pada zonasi padang lamun adalah
gambaran yang berupa rangkaian / model lingkungan dengan dasar kondisi ekologis
yang sama pada padang lamun.
Pada ekosistem padang lamun,rantai makanan terdiri dari
berbagai tingkatan trofik yang mencakup proses dan pengangkutan detritus organic
dan ekosistem lamun menuju konsumen yang lain. Gambar dibawah ini adalah rantai
makanandaan energy pada ekosistem lamun di laut:
Gambar5.
Rantai makanan di ekosistem lamun (Fortes 1990)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumber energy
utama pada ekosistem lamun adalah cahaya matahari. Cahaya tersebut digunakan
oleh lamun dan fitoplankton untuk berfotosintesis. Rantai makanan ada 2 bagian,
yaitu:
a. Rantai makanan rerumputan
Rantai
makanan ini diawali oleh tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai makanan
rerumputan misalnya: tumbuhan-herbivora-karnivora
b. Rantai makanan detritus
Rantai
makanan diawali dari sisa-sisa organisme mati (detritus). Organisme yang
memakan detritus disebut detrivora. Rantai makanan detritus misalnya
:detritus-detrivora-predator
Pada rantai makanan rerumputan di padang lamun, sumber
nutrientnya secara langsung adalah tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya
dimakan oleh konsumen tingkat pertama yaitu dugong, penyu, ikan beronang dan
bulu babi. Kemudian konsumen tingkat pertama ini dimakan oleh predator kecuali
bulu babi, bulu babi itu sendiri dimakan oleh ikan buntal sebagai konsumen
kedua.
Sedangkan pada rantai makanan detritus, guguran daun sebagi
sumber nutrient yang diurai oleh bakteri kemudian detritus itu dimakan oleh cacing,
udang dan kepiting yang sebagai konsumen pertama. Setelah itu hewan-hewan
tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat dua. Konsumen
tingkat dua pun dimakan oleh ikan besar. Ikan hiu dan burung laut sebagai
predator yang menduduki tingkat trofik paling tinggi memakan konsumen tingkat
dua dan ikan besar sebagai konsumen tingkat tiga. Saat predator tersebut mati
dan jasadnya akan diurai oleh bakteri detrivor itu akan dikonsumsi kembali oleh
konsumen pertama dan begitulah seterusnya.
Guguran daun tidak selamanya menjadi detritus, karena ada
juga sebagian yang menjadi bahan organic terlarut dan bahan organic tersebut
akan dimanfaatkan oleh fitoplankton yang
sebagai produsen. Produsen tersebut akan dikonsumsi oleh zooplankton yang sebgai
konsumen pertama. Setelah itu zooplankton tersebut akan dimakan oleh ikan kecil
yang sebgai konsumen tingkat dua. Ikan kecil ini akan kembali dimakan oleh ikan
sedang dan pada akhirnya transport energy dan akan masuk kedalam rantai makanan
detritus. Sumber bahan organic terlarut tidak hanya berasal dari dalam
ekosistem tetapi ada juga yang berasal dari ekosistem terumbu karang dan
ekosistem mangrove.
Berikut adalahgambar
hubungan rantai makanan antara padang lamun dengan ekosistem terumbu
karang dan ekosistem mangrove:
Tipe interaksi antara ekosistem padang lamun dengan
ekosistem mangrovedan terumbu karang (Ogden dan Gladfelter, 1983 dalam
Bengen, 2001)
Aliran materi dari padang lamun ke sistem lain (terumbu karang
atau mangrove) kecil sekali. Jumlah materi yang di alirkan ke sistem lain di
duga tidak mencapai 10% dari total produksi padang lamun. Dengan kata lain
padang lamun ini merupakan sistem yang mandiri (self suistainable system).
Namun kemandirian padang lamun tidak meniadakan kehadiran dari kepentingan
interaksi biotik dari ekosistem sekitarnya. Sistem dipadang lamun diketahui
sebagai suatu habitat untuk ratusan jenis-jenis hewan.
Namun kini daerah padang lamun seperti di Kota Banten tersebut
semakin menyempit dikarenakan aktivitas manusia seperti reklamasi atau
pengurungan pantai untuk pembangunan atau perluasan industri di daerah tersebut
yang ternyata menurut data yang kami peroleh telah terjadi pengurangan seluas
25 ha. Sehingga pertumbuhan, produksi ataupun biomasanya akan mengalami penyusutan.
Perlu dilakukan usaha-usaha untuk memperkecil penyempitan lahan itu melalui
penelitian transplantasi dan restorasi padang lamun.
c.
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pesisir
yang terdiri
dari
berbagai
macam habitat (Nybakken,1986).
Terumbu karang Indonesia mencapai 51%
dari luas terumbu karang di Asia Tenggara. Ironisnya, 85% dari luasan terumbu
karang Indonesia terancam rusak (Indraswati, 2006).
Namun demikian,
telah
banyak teknik-teknik yang dilakukan untuk restorasi terumbu karang. Salah satu
teknik restorasi
tersebut adalah dengan menggunakan terumbu buatan
(artificial reef).
Terumbu buatan adalah
suatu rekayasa struktur bangunan yang
diturunkan ke dasar laut yang digunakan untuk
menyerupai habitat ikan,
sehingga merubah suatu perairan yang
sepi ikan menjadi perairan yang
ramai ikan (Setiawan, 2007).
Beberapa terumbu buatan yang
diaplikasikan di pantai Situbondo yaitu jenis reef ball, kubus yang disusun menyerupai piramid
serta terumbu buatan
kubus tersebar (Saptarini dkk, 2009).
Zooplankton yang melimpah disekitar
terumbu buatan akan menarik berbagai macam ikan untuk datang, sehingga
meningkatkan produksi perikanan tangkap di wilayah tersebut. Di
lingkungan perairan
pelagis,
zooplankton menempati tingkatan diatas fitoplankton didalam jaring makanan (food web) (Nontji, 2008). Jaring-jaring makanan
alami
yang kompleks
di
daerah pelagis, serta
daur biogenik yang ada
didalamnya
dipengaruhi
oleh kondisi turbulensi di lingkungan
(Kiørboe,
1993 dalam Alcaraz, 1997).
Salah satu jenis zooplankton copepoda
ordo calanoidaa, merupakan organisme dominan diantara komunitas copepoda dikepulauan Indonesia.
Calanoida memiliki
peran
yang penting sebagai penghubung
antara
tingkat trofik rendah ke tingkat trofik yang lebih tinggi.
Gambar 5. Jaring Makan 1 di Ekosistem Terumbu Karang
Gambar6.
Jaring-jaring makanan di ekosistem terumbu karang
Dari gambar
diatas dapat dilihat yang bertindak sebagai produsen karang batu adalah : alga
makro, alga koralin, bakteri fotosintetik ——> kemudian dimakan oleh
konsumen seperti Ikan, Ekhinodermata, Annelida, Polikhaeta,Krustasea, Holothuroidea, Moluska,
dll ——> Selanjutnya akan dimakan oleh predator seperti ikan besar,
cumi-cumi, dan lain-lain ——> Proses terakhir adalah penguraian oleh
detritus.Komunitas ikan piscivor seperti hiu, kerapu, kuwe, dan kakap
tergolong sebagai top predator di ekosistem terumbu karang.
d.
Ekosistem Laut
Ekosistem
laut merupakan suatu kumpulan integral
dari berbagai komponen
abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme
hidup) yang berkaitan satu sama lain
dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada
salah
satu
dari
komponen-komponen
tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka
akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan
kualitatif dan kuantitatif organismenya).
Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem dapat menentukan
kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam sistem
tersebut. Oleh sebab itu, untuk menjamin sumberdaya hayatinya, maka hubungan- hubungan ekologis
yang berlangsung di antara komponen-komponen sumberdaya hayati yang menyusun suatu
sistem, perlu diperhatikan
Salah
satu contoh produsen dilaut adalah meiofauna interstisial merupakan salah satu komponen biotik yang
mempunyai peranan sangat penting
dalam ekosistem bentik di perairan laut. Meiofauna
interstisial merupakan
salah satu mata
rantai
penghubung
dalam aliran energi dan siklus
materi dari alga planktonik sampai konsumen
tingkat tinggi, dan memberikan kontribusi dalam menopang kehidupan
organisme trofik yang lebih tinggi. Dengan demikian,
keberadaan organisme ini dapat membawa
konsekuensi pada semakin lengkapnya rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan
di dalam ekosistem laut serta semakin cepatnya dan semakin
sempurnanya proses
remineralisasi dan
resiklus (daur ulang) bahan
organik di ekosistem ini.
Gambar7. Jaring-jaring makanan di Ekosistem Laut
Di
lautan, yang menjadi produsen adalah fitoplankton, yaitu sekumpulan tumbuhan
hijau yang sangat kecil ukurannya dan melayang-layang dalam air. Konsumen I
adalah zooplankton (hewan pemakan fitoplankton), sedangkan konsumen II-nya adalah
ikan-ikan kecil, konsumenIII-nya adalah ikan-ikan sedang, konsumen IV-nya
adalah ikan-ikan besar.
Urutan peristiwa makan dan dimakan di atas dapat berjalan seimbang dan lancar bila seluruh komponen tersebut ada. Bila salah satu komponen tidak ada, maka terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan tersebut. Agar rantai makanan dapat terus berjalan, maka jumlah produsen harus lebih banyak daripada jumlah konsumen kesatu, konsumen kesatu lebih banyak daripada konsumen kedua, dan begitulah seterusnya.
Urutan peristiwa makan dan dimakan di atas dapat berjalan seimbang dan lancar bila seluruh komponen tersebut ada. Bila salah satu komponen tidak ada, maka terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan tersebut. Agar rantai makanan dapat terus berjalan, maka jumlah produsen harus lebih banyak daripada jumlah konsumen kesatu, konsumen kesatu lebih banyak daripada konsumen kedua, dan begitulah seterusnya.
Gambar diatas adalah jaring-jaring makanan yang ada di
lautan dimana phytoplankton merupakan sebagai produktivitas primer dilautan dan
alga seperti dinoflagellates, diatoms dan pteropods yang menggunakan cahaya
matahari untukproses fotosisntesis. Dimana zooplankton akan memakan phytoplankton,
zooplankton akan dimakan oleh ikan-ikan kecil dan ikan-ikan kecil akan dimakan
oleh ikan sedang dan juga ikan besar (ikan paus) dan ikan sedang akan dimakan
oleh ikan-ikan besar (top predators) seperti hiu dan pari.
Kandungan bakteri heterotrofik
pada kedalaman laut 100 meter
lebih rendah bila dibandingkan dengan
kandungan bakteri heterotrofik
pada lapisan permukaan. Perbedaan
terhadap
jumlah kandungan
bakteri ini sangat erat kaitannya dengan
konsentrasi kandungan material organik yang tersedia dalam
kolom air yang merupakan
sumber nutrisi bagi bakteri.
Sumber nutrisi di perairan
laut dalam sangat tergantung
pada partikel–pertikel dalam bentuk
detritus, fecal pellet organisme pelagik, dan
organisme pelagik
yang
mati. Dikarenakan
kandungan partikel yang relatif
rendah, mengakibatkan jumlah
kandungan bakteri heterotrofik
cenderung menurun. Akan
tetapi dengan terjadinya upwelling dapat
menyebabkan
kondisi perairan kaya unsur
hara
(Dahuri
et al., 1996). Menurut Ellenberg (dalamRheinheimer 1980)
peranan
bakteri heterotrofik berfungsi
sangat vital sebagai dekomposer di lingkungan
laut,
dimana
material–material organik akan diurai menjadi konstituen-konstituen yang
lebih sederhana sebagai unsur hara
yang essensial.
Pada
akhirnya unsur- unsur hara tersebut sebagai nutrien bagi organisme
laut dalam jaringan makanan
sesuai dengan tingkatan tropiknya. Sehingga
pada
akhirnya
bakteri heterotrofik dapat merupakan komponen biotik sebagai penjaga keseimbangan ekosistem laut dan
penyedia
nutrisi bagi kehidupan
organisme laut.
Posisi ke-tiga ekosistem pesisir
yaitu mangrove dan terumbu karang yang bertindak sebagai daerah penyangga yang
baik, mengurangi energi gelombang yang datang dari laut dan mengalirkan nutrisi
ke ekosistem terdekatnya. Tetapi interaksi ekosistem tersebut (mangrove, padang
lamun dan terumbu karang) dalam hubungannya dengan degradasi penyangga adalah
jelas keterkaitannya. Kerusakan dari salah satu ekosistem dapat menyebabkan
akibat jelek pada ekosistem lainnya dalam hubungannya dengan
perubahan-perubahan keseimbangan lingkungan dan konsekwensinya akan merubah
struktur komunitas keseluruhannya.
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab dapat merusak
ekosistem pesisir dan laut, hal itu dapat merusak rantai makanan yang terjadi
didalamnya. Jika saja terjadi kerusakan tingkat trofik atau produsen akan
memutuskan rantai makanan dan keseimbangannya terganggu.Ketika keseimbangannya
terganggu maka bias terjadi adanya kepunahan spesies di lautan. Maka dari itu
kita harus merawat dan menjaga kelestarian ekosistem yang berada di laut
seperti ekosisistem lamun, terumbu
karang dan mangrove.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Kunarso,
D.H . 2011. Kajian Kesuburan Ekosistem Perairan Laut Sulawesi Tenggara
Berdasarkan
Aspek Bakteriologi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No.
2, Hal. 32-47.
·
Nina, Goesti. 2010. Interaksi di
Ekosistem Terumbu Karang Pantai Pangadaran
·
Noer,
Hamid Abd. 2009. Model Dinamik Rantai Makanan Pada Ekosistem Mangrove di
Laguna Tasilaha.
·
Novianty,
Riny. dkk. 2011. Identifikasi
Kerusakan dan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Pantai
Utara Kabupaten Subang. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Padjadjaran. Indonesia
·
Rappe, R.A. 2010. Struktur Komunitas Ikan
Pada Padang Lamun Yang Berbeda di Pulau
Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No.
2, Hal. 62-73,
·
Zulkiflli.
2010. Pemantauan (monitoring) Kondisi Lingkungan Bentik Pada
Ekosistem Laut
di Perairan Selat Dompak Kepulauan Riau
Happy time with my friends, novia dan yanti hahahahah
Komentar
Posting Komentar